Abuumarfauzy's Blog

Just another WordPress.com weblog

perbandingan sifat fisika, kimia tanah alfisols, entisols, dan vertisols


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan, sentuhan, dan perhatian kita. Kita melihatnya, menginjaknya, bahkan menggunakannya. Semenjak kehidupan manusia, diterangkan bahwa dalam melaksanakan pertanian manusia dapat memilih tanah yang baik dan subur tanpa mengalami kesulitan dengan jalan berpindah-pindah tempat tinggal atau yang biasa disebut dengan nomaden. Akan tetapi, dengan perkembangan zaman maka permasalahan mengenai tanah semakin kompleks dimana manusia kekurangan lahan tanah yang subur untuk bercocok tanam karena sebagian besar lahan tanah dialihfungsikan menjadi pemukiman, perkantoran, atau pabrik industri.
Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting, yang dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Apabila terdapat kesalahan dalam pengolahan tanah maka tanaman jadi kurang produktif. Kerugian tersebut tentu saja akan berdampak besar terhadap kehidupan manusia.
Menghadapi permasalahan tanah yang apabila dibiarkan akan membahayakan makhluk hidup karena tanah melingkupi hajat hidup orang banyak maka muncullah ilmu tanah untuk mempelajari dan mengadakan penyelidikan mengenai tanah. Ilmu tanah mungkin merupakan ilmu yang paling awal dipikirkan oleh manusia. Dengan adanya ilmu tanah diharapkan manusia lebih mampu memahami faktor pembentuk tanah, jenis-jenis tanah, dan fungsi tanah.
Dengan pengolahan tanah yang baik dan benar dimana manusia juga memperhatikan sifat fisik, kimia, dan biologinya maka tanaman yang dihasilkan akan terus berlanjut sehingga sesuai dengan prinsip pertanian berkelanjutan, tanah tetap subur dan tanaman yang tumbuh di atasnya juga produktif. Adapun peranan tanah sebagai alat produksi pertanian antara lain :
a. Media bagi tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu agar tegak berdirinya
b. Memberikan unsur-unsur mineral, baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan
c. Menyediakan air dan sebagai tempat persediaan air
d. Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pelaksanaan DDIT ini antara lain :
a. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu tanah pada kehidupan nyata
b. Media bagi mahasiswa agar lebih memahami mengenai tanah
c. Media untuk mengetahui bagaimana pencandraan lahan dan hubungan antara lokasi dengan jenis tanah yang ada
d. Sebagai sarana untuk mengetahui sifat fisika dan sifat fisika tanah
e. Sebagai sarana untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada 3 lokasi dengan rincian sebagai berikut :
Lokasi 1 : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
a. Hari/Tanggal : Sabtu, 22 November 2008
b. Waktu : 12.00-14.00 WIB
c. Profil/Pedon : Profil 1

Lokasi 2 : Jumantono
a. Hari/Tanggal : Minggu, 23 November 2008
b. Waktu : 14.00-16.00 WIB
c. Profil/Pedon : Pedon
Lokasi 3 : Jatikuwung
a. Hari/Tanggal : Minggu, 23 November 2008
b. Waktu : 06.30-08.30 WIB
c. Profil/Pedon : Profil 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencanderaan Bentang Lahan
Tanah adalah bangunan alam tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas bahan mineral dan organik, biasanya tidak padu, mempunyai tebal yang berbeda-beda, dan dapat dibedakan dari bahan-bahan di bawahnya dalam hal morfologi, sifat dan susunan fisik, sifat dan susunan kimia, dan sifat-sifat biologinya (Joffe, 1949).
Ada 2 macam erosi yaitu erosi geologi yang tidak merugikan karena pengikisan tanah lebih lambat daripada pembentukan tanahnya dan erosi dipercepat yang merusak karena pengikisan tanah jauh lebih cepat dari pembentukan tanahnya. Erosi yang disebabkan air membekaskan 3 macam bentuk, yaitu: erosi permukaan, erosi alur dan erosi parit (Darmawijaya, 1997).
Pengamatan kondisi lingkungan merupakan bagian dari pengamatan identifikasi tanah karena kondisi lingkungan sekitar berpengaruh terhadap perkembangan jenis tanah di lokasi pengamatan. Kondisi lingkungan juga atau lahan sekitar juga dapat menggambarkan beberapa sifat dan karakteristik dari tanah. Yang termasuk dalam kondisi lingkungan antara lain cuaca, posisi tempat, ketinggian tempat, lereng (slope), fisiografi lahan atau bentuk permukaan, banjir atau genangan, tutupan lahan, vegetasi, geologi, erosi, dan batuan permukaan.
Cuaca merupakan salah satu faktor iklim yang mempengaruhi keadaan tanah. Kondisi cuaca mempengaruhi beberapa parameter lain dalam tanah. Pengamatan cuaca dapat dilakukan dengan pengamatan secara langsung mengunakan mata sebagai panca indera. Posisi tempat yang dimaksud adalah posisi garis lintang (Latitude) dan garis bujur (Longitude). Data dapat diperoleh dengan menggunakan GPS atau penentuan dari peta. Datum yang diikuti untuk wilayah Indonesia ialah WGS 1984 dan posisi menggunakan satuan UTM (Universal Transverse Mercator). Tinggi tempat merupakan ketinggian suatu lokasi diukur dari permukaan air laut dengan mengunakan alat yang disebut altimeter yang bekerja dengan beberapa prinsip :
a. Tekanan udara (yang paling umum digunakan)
b. Magnet bumi (dengan sudut inclinasi)
c. Gelombang (ultra sonic maupun infra merah, dan lainnya)
Lereng (slope) merupakan perbandingan antara ketinggian tempat dengan jarak horizontal dan dinyatakan dengan persentase atau derajad. Pengukuran lereng menggunakan klinometer dengan cara mengukur searah kemiringan lereng. Fisiografi lahan adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dilihat dari segi genesis atau proses pembentukannya. Bentuk permukaan bumi disebut juga bentuk lahan (landform). Genangan berupa genangan sementara. Tutupan lahan merupakan apa saja yang menutupi lahan di lokasi tersebut. Vegetasi atau jenis tanaman dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan faktor-faktor lain seperti suhu rata-rata, curah hujan, erosi, dan ketinggian tempat. Vegetasi juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan tanah sehingga mempunyai peranan yang penting. Geologi merupakan bahan dasar penyusun bahan induk tanah. Erosi merupakan proses pemecahan dan pengikisan lapisan tanah oleh media (air, es, dan angin) yang diangkut dan diendapkan pada suatu tempat. Batuan permukaan akan mempengaruhi penggunaan dan pengelolaan lahan.
B. Profil Tanah
Profil tanah adalah urutan susunan horizon yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil Tanah tebalnya berlainan mulai dari yang setipis selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis mendekati kutub dan makin tebal mendekati khatulistiwa. Masing-masing horizon dibedakan horizon yang ada di atas dan di bawahnya oleh ciri-ciri yang spesifik dan genetik (Darmawijaya, 1990).
Pemadatan tanah yang secara kuantitatif dapat diukur dengan kekerasan tanah merupakan sifat tanah yang dipengaruhi oleh derajat keterlintasan pengolahan tanah. Kekerasan tanah berkaitan erat dengan laju pertumbuhan akar tanaman, makin tinggi nilai kekerasan tanah maka makin menurun laju pertumbuhan akarnya. Selain itu kekerasan tanah diduga mengurangi peredaran tanah dan memperkecil diameter perakaran tanaman tanpa olah tanah sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap serapan hara dan poduksi tanaman (Utomo, 1995).
Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang berbeda susunan fisika dan kimianya yang terletak sejajar permukaan tanah sebagai akibat dari proses perkembangan tanahsejajar (Anonim, 2008)
Proses perkembangan profil merupakan kelanjutan dari proses pencucian dari mineral hasil pelapukan batuan induk yang dapat dibedakan menjadi dua proses yaitu :
a. Proses perkembangan profil azasi
b. Proses pembentukan profil khusus
C. Sifat-Sifat Fisika Tanah
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah.Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diamternya kurang dari 2 milimeter.Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah (Poerwowidodo, 1992).
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi lempung. Tekstur tanah yang baik adalah tekstur tanah geluh dimana perbandingan antara fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi lempung seimbang. Penetapan tekstur tanah dapat menggunakan pendekatan kualitatif di lapangan dan secara kuantitatif di laboratorium.
Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun oleh partikel-partikel tanah menjadi agregat tanah sebagai akibat dari proses Pedogenesis. Apabila agregat tersebut terbentuk dengan sendirinya tanpa ada pengaruh dari luar disebut PED sedangkan agregat yang terbentuk karena pengarapan tanah disebut CLOD. Umumnya struktur tanah yang diinginkan adalah struktur remah dimana perbandingan antara zat padat dengan ruang pori kurang lebih seimbang.
Konsistensi tanah adalah derajat kekuatan tanah dari perubahan bentuk. Biasanya di lapangan dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan memirit. Kondisi tanah terdiri dari kering, lembab, dan basah.
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengna mudah dapat dilihat dan dapat menunjukkan sifat-sifat tanah. Warna tanah merupakan campuran dari komponen-komponen warna lain yang terjadi oleh pengaruh berbagai faktor. Urutan tanah yang menunjukkan penurunan produktivitas tanah ialah hitam, coklat, abu-abu coklat, merah, abu-abu, kuning, dan putih. Dalam survei atau penelitian tanah di lapang selalu menggunakan daftar warna dalam Munsell Soil Color Charts yang terdiri dari hue, value, dan chroma.
C. Sifat-Sifat Kimia Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang telah mengalami pelapukan. Kadar bahan organik tanah tidak melebihi 3 – 5 % dari bobot tanah. Walaupun jumlahnya sedikit, pengaruh bahan organik terhadap sifat–sifat tanah dan selanjutnya terhadap pertumbuhan tanaman sangat nyata (Goeswono, 1998 ).
Aerasi adalah pertukaran udara yang terjadi dalam tanah. Sedangkan drainase tanah adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa run off maupun peresapan air dalam tanah. Drainase sebagai sifat tanah dapat pula diartikan sebagai frekuensi dan lamanya tanah bebas dari kejenuhan air. Perbedaan kelas drainase paling kentara terdapat dalam tanah pedosol, podzolik, dan tanah padang rumput (Darmawijaya, 1990).
Dalam membahas mengenai tata air dan udara tanah erat hubungannya dengan pembahasan mengenai penyebaran pori-pori dalam tanah. Perbedaan ukuran atau macam pori-pori akan menyebabkan pertumbuhan tanaman yang berbeda-beda pula. Pori-pori tanah dapat dibedakan pori berguna dan pori tidak berguna dalam hubungannya terhadap tanaman. Pori berguna adalah pori yang berukuran lebih dari 0,2 mikron dan mengandung air di dalamnya serta dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pori tidak berguna adalah pori yang berukuran kurang dari 0,2 mikron dan mengandung air di dalamnya tetapi air tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman sehinga tanaman menjadi layu (Ir.Slamet Minardi dan Ir.Sutopo dalam Dasar-Dasar Ilmu Tanah I, 1994).
Kapur (CaCO3) mampu meningkatkan pH tanah dengan menetralisir ion H+ di dalam larutan tanah. Ion OH- yang berasal dari reaksi CaCO3 dengan muatan positif pada permukaan koloid tanah mampu menetralisasi, akhirnya akan meningkatkan pH tanah. Kapur selain berpengaruh meningkatkan pH tanah juga mempercepat perombakan bahan organik (Hartati, 2002).
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanh menjadi asam, sebaliknya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. Pada tanah pH lebih rendah dari 5,6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4,0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (Anonim, 2002)

III. ALAT , BAHAN DAN CARA KERJA

Pencandraan Bentang Lahan
1. Alat
a. Klinometer
b. Altimeter
c. GPS
d. Meteran
2. Bahan
Lahan pengamatan di desa Sukasari, Jumantono, Karanganyar.
3. Cara Kerja
a. Mengamati bentuk wilayah
b. Mengukur kemirigan lahan dengan klinometer
c. Mengamati fisiografi timbulan makro, timbulan mikro, kemas muka tanah dan hidrologi tanah
d. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi
e. Mengamati relief dan penggunaan lahan
Penyelidikan Profil Tanah
1. Alat
a. Pisau belati
b. Cangkul
c. Penggaris kertas
2. Bahan
a. Profil tanah yang masih baru dan terlindungi dari sinar matahari secara langsung
3. Cara Kerja
a. Membuat irisan tegak pada tanah
b. Mengukur jeluk atau kedalaman regolit dengan penggaris kertas
c. Menentukan ada tidaknya gleisasi.
d. Menentukan batas lapisan dengan cara menusuk-nusuk tanah dengan pisau belati atau dengan memukul-mukul tanah dengan gagang pisau belati
e. Mengamati perbedaan warna irisan tanah tersebut
f. Mengamati perbedaan yang ada pada tiap lapisan
Sifat-Sifat Fisika Tanah
1. Alat
a. Lup
b. Tissue gulung
c. MSCC
d. Pnetrometer
e. Pipet
2. Bahan
a. Tanah pada profil yang diamati
b. Aquades
3. Cara Kerja
a. Tekstur tanah
1) Mengambil sampel tanah tiap lapisan
2) Basahi tanah dengan aquades lalu pijit-pijit dengan jari
3) Menentukan tekstur tanahnya
b. Struktur tanah
a. Mengambil sampel tanah masing-masing lapisan
b. Mengamati tanah dengan lup
c. Mengamati ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara dipijit-pijit
d. Menentukan stuktur, ukuran dan derajat tanah
c. Konsistensi tanah
a. Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan
b. Menentukan konsistensi dengan cara dipijit-pijit
d. Warna tanah
1). Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah
e. Menentukan warna tanah dengan mencocokan sampel pada MSCC (Munsell Soil Color Charts)
f. Uji Pnetrometer
1) Mengamati tiap- tiap lapisan
2) Menentukan daya topang tiap-tiap lapisan dengan pnetrometer.
Sifat-Sifat Kimia Tanah
1. Alat
a. Flakon
b. Kertas marga
c. pH stick
d. Pipet
e. Tisu gulung
f. Spidol
2. Bahan
a. Tanah
b. HCl 1,2N
c. H2O2 10% dan 3%
d. KCNS 10 %
e. K4FeCN6 0.5% dan KCl
Cara Kerja :
a. PH Tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan dan dibagi menjadi dua bagian dan dimasukkan dalam flangkon
2) Bagian pertama ditambah H2O dan bagian kedua ditambah KCl dan dikocok
3) Diamati pH masing-masing sampel dengan pH stick
b. Kandungan Bahan Organik
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan
2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 10 %
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi

c. Aerase Dan Drainase
1) Mengambil dua bongkah tanah pada masing-masing lapisan
2) Meletakkannya dalam tissu gulung yang berbeda
3) Menetesi keduanya dengan HCl 1,2 N
4) Menutup tisu gulung dan menekan sampai cairan terperas keluar
5) Menetesi sampel tanah yang satu dengan KCNS 10 % dan sampel tanah yang lain dengan K3Fe(CN)6 0,5%
6) Melihat perubahan warna, jika dominan warna merah maka aerase dan drainase baik, jika berwarna biru maka aerase dan drainase buruk, dan jika warana merah dan biru seimbang maka drainase sedang
d. Kandungan CaCO3 ( kapur )
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan
2) Menambahkan beberapa tetes HCl 10 %
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi
e. Konkresi Mn
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan
2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 3 %
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Lokasi 1 : Kampus
1. Deskripsi Lokasi
Daerah/Lokasi : Fakultan Pertanian, UNS
Hari/Tanggal survey : Sabtu, 22 November 2008
Nomor profil/pedon : Profil1
Surveyor : Kelompok 36
Cuaca : Partly Cloudy (PC)
Letak geografis (LS dan BT) : 07°33’36″LS dan 110°51’30,3″BT
Datum : WGS 1984
Tinggi tempat : 108 m dpl
Denah lokasi :

2. Pencanderaan Bentang Lahan
Tabel 1.1 Pencanderaan Bentang Lahan
No Deskripsi Keteranngan
1. Lereng 11% , 3 (sangat miring)
2. Arah 180° , S (Selatan)
3. Panjang lereng 15 meter
4. Fisiografi lahan X
5. Genangan 0 meter
6. Tutupan lahan G (Grass)
7. Geologi Qa
8. Erosi –
9. Tingkat erosi –
10. Batuan permukaan 1
11. Vegetasi Rumput dan Semak
Sumber: Boardlist

3. Deskripsi Profil / Pedon
Tabel 1.2 Deskripsi Profil / Pedon
No. Deskripsi Keterangan
1. Metode observasi Lubang kecil (Small Pit)
2. Jeluk Atas Bawah
Lapisan I 0 cm 10 cm
Lapisan II 10 cm 14 cm
Lapisan III 14 cm 20 cm
3. Horizon Batas Topografi
Lapisan I Diffuse (Baur) Wavy (Berombak)
Lapisan II Diffuse (Baur) Wavy (Berombak)
Lapisan III Diffuse (Baur) Wavy (Berombak)
4. Perakaran Ukuran Jumlah
Lapisan I Very Fine (Sangat Halus) 3 (Banyak)
Lapisan II – –
Lapisan III – –
Sumber : Boardlist

Gambar 1.1 Profil 1

4. Sifat Fisika Tanah
Tabel 1.3 Sifat Fisika Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. Tekstur, Lapisan I SC (Sandy Clay)
Lapisan II SC (Sandy Clay)
Lapisan III SCL (Sandy Clay Loam)
2. Struktur Tipe Ukuran Derajat
Lapisan I GR (Granular) VC (Very Coarse) 1 (Lemah)
Lapisan II GR (Granular) VC (Very Coarse) 2 (Sedang)
Lapisan III GR (Granular) VC (Very
Coarse) 3 (Kuat)
3. Konsistensi, Lapisan I Lembab sangat gembur
Lapisan II Lembab teguh
Lapisan III Lembab sangat teguh
4. Warna, Lapisan I 7.5 YR 2.5/3 (Very Dark Brown)
Lapisan II 7.5 YR 4/4 (Brown)
Lapisan III 7.5 YR 4/2 (Brown)
5. Redoks, Lapisan I O2 (Baik)
Lapisan II R1 (Sedang)
Lapisan III R2 (Buruk)
6. Penetrasi (kg/cm²) H V
Lapisan I 3 kg/cm² 3.5 kg/cm²
Lapisan II 3.5 kg/cm²
Lapisan III 4 kg/cm²
Sumber : Boardlist

5. Sifat Kimia Tanah
Tabel 1.4 Sifat Kimia Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. pH tanah H2O KCL
Lapisan I 5 (Asam) 5 (Asam)
Lapisan II 6 (Asam) 5 (Asam)
Lapisan II 6 (Asam) 8 (Basa)
2. Bahan organik,
Lapisan III ++ (Sedikit)
Lapisan II + (Sangat sedikit)
Lapisan III + (Sangat sedikit)
3. Kadar kapur, Lapisan I 0 (Tidak mengandung kapur)
Lapisan II 0 (Tidak mengandung kapur)
Lapisan III 0 (Tidak mengandung kapur)
4. Konsentrasi Jenis Ukuran Macam
Lapisan I Nodul Coarse (Kasar) C (Berlempung)
Lapisan II Nodul Coarse (Kasar) C (Berlempung)
Lapisan III Nodul Coarse (Kasar) G (Bergipsum)
Sumber : Boardlist

6. Pembahasan
A. Pencanderaan Bentang Lahan
Tanah adalah komponen lahan yang berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organic, mempunyai sifat fisika, kimia, dan biologi serta mempunyai kemampuan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Bentang alam berlokasi di Fakultan Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Lokasi terletak di 07°33’36″LS dan 110°51’30,3″BT dan terletak 107 meter di atas permukaan air laut. Besar lereng 11% dengan bentuk sangat miring. Fisiografi lahan adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dilihat dari proses pembentukannya. Bentuk lahan di kampus ialah Miscellaneous karena terbentuk akibat manusia. Fisiologi lokasi cukup bergelombang sehingga tidak terjadi banjir atau genangan sementara. Lahan sebagian besar ditutupi oleh rumput (grass) dan sisanya berupa semak (shrub). Setelah diteliti ternyata geologi atau bahan dasar penyusun bahan induk tanah di lokasi ialah Qa yang berarti tanah tersusun atas Batuan Aluvium. Batuan ini hasil aliran sungai atau gravitasi.
Fisiologi lokasi cukup bergelombang sehingga bisa dipastikan bahawa erosi yang terjadi ialah erosi permukaan (sheet erosion) dengan tingkat erosi ringan. Batuan permukaan kurang dari 0,1% dari luas permukaan dengan jarak antar batuan kecil lebih dari 8 meter dan jarak antar batuan besar sekitar 20 meter. Dengan batuan permukaan yang demikian rupa maka lahan dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman berupa rumput, semak, dan pohon karena tanah sebagian besar tidak tertutup oleh batu sehingga masih dapat diolah. Vegetasi yang tumbuh beraneka ragam. Namun yang terlihat di lokasi tersebut antara lain mangga (Mangivera indica), Angsana, dan lain-lain.

B. Deskripsi Profil/Pedon
Dalam praktikum kami mengamati profil 1 yang terdiri dari lapisan I (Horizon O), lapisan II (Horizon A), dan lapisan III (Horizon E). Profil itu sendiri merupakan suatu penampang vertikal di dalam pedon yang menunjukkan susunan horizon yang terdiri dari solum tanah dan bahan induk tanah.
Pencandraan profil tanah meliputi dua hal, yaitu deskripsi lingkungan dan deskripsi profil atau pedon. Perlu diperhatikan syarat-syarat dari pembuatan profil tanah antara lain, membuat penampang melintang tanah secara vertikal pada tanah yang diusahakan alami atau belum mengalami perubahan akibat ulah manusia, kedalaman penampang ±100cm dan tidak terkena sinar matahari secara langsung, tiap kali pengamatan harus dalam keadaan baru yang dilakukan dengan cara pengeprasan dengan cangkul. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati perbedaan warna, batas yang nampak antar lapisan, kekerasan tanahnya, mendengarkan perbedaan suara dengan cara mengetuk tiap lapisan tanahnya, atau dengan cara menusuknya dengan belati. Pada profil 1 dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu lapisan I, lapisan II, dan lapisan III.
Metode yang digunakan adalah jenis dinding (wall) dengan lubang kecil (Small Pit) karena dibuat dengan ukuran kurang dari 1 x 2 meter. Jeluk atau kedalaman horizon pada lapisan I, lapisan II, dan lapisan III masing-masing ialah 10 cm, 4 cm, dan 6 cm. Pengukuran jeluk menggunakan penggaris kertas. Horizon yang terdapat pada profil 1 yang terdiri dari tiga lapisan antara lain horizon O (lapisan I), horizon A (lapisan II), dan horizon E (lapisan III). Tidak semua lapisan terdapat perakaran. Hal yang perlu diketahui bahwa salah satu faktor yang mendukung adanya perakaran dalam suatu lapisan ialah bahan organik. Di dalam bahan organik terdapat unsure hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pada horizon O terdapat banyak perakaran, hal ini dikarenakan horizon O merupakan horizon yang terletak paling atas, terdiri dari seresah atau bahan organik segar yang belum atau sebagian telah terdekompisisi. Horizon ini berwarna gelap karena mengandung bahan organik yang tinggi. Pada horizon A tidak terdapat perakaran hal ini dikarenakan horizon A merupakan horizon yang berada di bawah horizon O yang terdiri dari tanah mineral tetapi masih dipengaruhi oleh kadar bahan organik walaupun hanya sedikit. Ciri dari horizon A ialah hilangnya seluruh atau sebagian struktur asli batuan. Begitu juga dengan horizon E, pada horizon ini tidak terdapat perakaran. Horizon E disebut juga horizon eluviasi (pencucian). Horizon ini merupakan horizon tanah mineral yang mengalami pelindian sehingga kehilangan lempung silikat, besi, dan alumunium, atau kombinasinya dan menghasilkan akumulasi debu dan pasir. Horizon ini mempunyai warna yang lebih terang dibandingkan horizon yang berada di atasnya maupun horizon yang berada di bawahnya.
C. Sifat Fisika Tanah
Fisika tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi dalam tanah. Pengetahuan mengenai sifat fisika tanah diperlukan untuk menentukan morfologi serta seberapa besar tingkat perkembangan lapisan atau horizon dari tanah itu.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi lempung. Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan rabaan dan gejala konsistensi. Dimana saat diraba, pasir akan memberikan rasa kasar, debu memberi rasa licin, dan lempung memberi rasa lengket. Lapisan I bertekstur lempung pasiran (Sandy Clay) yang dicirikan rasa licin agak kasar, membentuk bola, dalam kedaan kering susah dipijit, mudah digulung, serta melekat sekali. Lapisan II bertekstur lempung pasiran (Sandy Clay) yang dicirikan rasa licin agak kasar, membentuk bola, dalam kedaan kering susah dipijit, mudah digulung, serta melekat sekali. Lapisan III bertekstur geluh lempung pasiran (Sandy Clay Loam) yang dicirikan rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipirid mudah hancur, serta melekat.
Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun oleh partikel-partikel tanah membentuk agregat tanah hasil dari proses Pedogenesis. Tipe struktur tanah lapisan I ialah kersai (Granuler) dengan ciri berbidang banyak, tidak beraturan, tidak membentuk permukaan di sekeliling ped dengan ukuran sangat kasar (Very Coarse) tetapi derajat kekerasan struktur tanah lemah yang dicirikan terbentuk jika diletakkan di atas ped tanah tetapi mudah hancur ketika diremas. Tipe struktur tanah lapisan II ialah kersai (Granuler) dengan ciri berbidang banyak, tidak beraturan, tidak membentuk permukaan di sekeliling ped dengan ukuran sangat kasar (Very Coarse) dan derajat kekerasan struktur tanah sedang yang dicirikan tampak jelas strukturnya, sebagian masih utuh ketika diremas. Tipe struktur tanah lapisan III ialah kersai (Granuler) dengan ciri berbidang banyak, tidak beraturan, tidak membentuk permukaan di sekeliling ped dengan ukuran sangat kasar (Very Coarse) dan derajat kekerasan struktur tanah kuat yang dicirikan kemantapan cukup kuat, masih untuh ketika diremas.
Konsistensi adalah derajat ketahanan tanah dari perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan adhesi. Konsistensi di lapangan dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pada lapisan I konsistensi tanahnya lembab sangat gembur yang dicirikan dengan mudah hancur oleh sedikit tekanan. Pada lapisan II konsistensi tanahnya lembab teguh yang dicirikan dengan massa tanah hancur dengan tekanan sedang. Pada lapisan III konsistensi tanahnya lembab sangat teguh yang dicirikan dengan massa tanah hancur dengan tekanan yang kuat antara ibu jari dan telunjuk.
Sifat yang paling mudah diamati dari suatu tanah adalah warna dari tanah itu sendiri. Warna tanah yang gelap akan lebih banyak menyerap radiasi matahari daripada warna tanah yang lebih terang. Banyaknya radiasi tanah yang diserap oleh tanah akan mempengaruhi tingkat temperature tanah dan kelembaban tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman. Warna lapisan I pada profil 1 coklat sangat tua (very dark brown). Warna lapisan II pada profil 1 coklat (brown). Warna lapisan III pada profil 1 coklat (brown).
Reaksi redoks (aerase dan drainase) merupakan salah satu sifat fisik tanah yang mempengaruhi kesuburan tanah. Aerase merupakan proses pertukaran udara yang terjadi di dalam tanah. Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa ran off maupun resapan. Pada lapisan I tingkat aerasi dan drainase tanah baik (O2) dan oksidatif kuat, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna merah nyata disertai hijau). Pada lapisan II tingkat aerasi dan drainase tanah sedang (R1) dan oksidatif reduksi seimbang, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna merah nyata disertai biru nyata). Pada lapisan III tingkat aerasi dan drainase tanah buruk (R2) dan reduksi kuat, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna biru nyata disertai merah jambu).
Penetrasi adalah uji kekuatan mekanik tanah khususnya daya topang statika. Alat yang digunakan untuk mengukur penetrasi disebut pnetrometer. Caranya ialah cincin pembaca daya topang digeser sampai skala nol. Setelah itu, pnetrometer ditusukkan secara tegak lurus dengan horizon hingga ujungnya masuk sampai tanda batas. Setelah dilakukan uji pnetrometer, hasil penetrasi dari masing – masing lapisan I, lapisan II, dan lapisan III ialah lapisan I merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor, lapisan II merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor, dan lapisan III merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor.
D. Sifat Kimia Tanah
Kimia tanah merupakan cabang dari ilmu tanah yang menganalisis sifat atau proses kimia yang terjadi di dalam tanah. Kimia tanah meliputi pH tanah, bahan organik, kadar kapur dalam tanah, dan konsentrasi.
pH tanah merupakan derajat keasaman tanah. Uji pH dalam tanah pada praktikum kali ini menggunakan pH stik. Setelah diadakan uji pH, maka pH pada masing – masing lapisan I, lapisan II, dan lapisan III secara berturut-turut antara lain lapisan I mempunyai pH sangat masam, lapisan II mempunyai pH masam, dan lapisan III mempunyai pH netral.
Setelah dilakukan uji pH tanah, maka dilanjutkan dengan uji kadar bahan organik dalam tanah. Antara pH tanah dengan bahan organik saling berhubungan. Semakin rendah pH tanah maka semakin tinggi kadar bahan organik di dalam tanah. Melihat hasil pH tanah dari masing-masing lapisan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kadar bahan organik pada masing-masing lapisan I, lapisan II, dan lapisan III ialah lapisan I mempunyai kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan lapisan yang lainnya. Lapisan II mempunyai sedikit kandungan bahan organik, lapisan III juga mempunyai sedikit kandungan bahan organik.
Kadar kapur atau kalsium karbonat (CaCO3) juga bisa dikatakan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah. Pengujian kadar kapur dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 10 % dan H2O. Setelah dilakukan pengujian kadar kapur pada masing-masing lapisan maka diperoleh data bahwa pada lapisan I, lapisan II, dan lapisan III tidak mengandung kapur.
Konsentrasi merupakan sekumpulan bahan tanah baik yang berbentuk tertentu maupun yag berbentuk tidak beraturan. Bahan ini merupakan akumulasi bahan – bahan tertentu baik yang baru terbentuk atau yang sudah lama terbentuk hingga mengeras. Konsentrasi pada lapisan yang terdapat pada profil 1 antara lain lapisan I memiliki konsentrasi nodul, konsentrasi bahan yang tersementasi dan dapat dipisahkan dari tanah di sekitarnya. Ukurannya kasar (Coarse) karena besarnya ukuran 5-<20 mm dan mengandung lempung. Lapisan II memiliki konsentrasi nodul, konsentrasi bahan yang tersementasi dan dapat dipisahkan dari tanah di sekitarnya. Ukurannya kasar (Coarse) karena besarnya ukuran 5-<20 mm dan mengandung lempung. Lapisan III memiliki konsentrasi nodul, konsentrasi bahan yang tersementasi dan dapat dipisahkan dari tanah di sekitarnya. Ukurannya kasar (Coarse) karena besarnya ukuran 5-<20 mm dan mengandung gipsum.

7. Komprehensif
Bahan penyusun bahan induk tanah di lokasi merupakan Aluvium. Hal ini mengakibatkan tekstur lebih dominan berlempung. Geologi tanah juga mengakibatkan konsentarsi nodul pada tanah. Jarak batuan permukaan yang lebar akan berdampak pada tingkat aerase dan drainase. Proses sirkulasi udara dan kecepatan perpindahan air dari suatu lahan akan lebih baik dibandingkan tanah dengan betuan permukaan yang memiliki jarak pendek. Jenis tanah yang terdapat pada lokasi ialah Tanah Litosol.
Ciri-ciri tanah Litosol yaitu :
a. Lapisan yang tingginya kurang dari 10 cm tetapi di di bawahnya terdapat lapisan batuan.
b. Tanah dangkal di atas batuan keras
c. Perkembangan profil belum ada, umumnya karena akibat erosi yang kuat
d. Bahan induk, iklim dan ketinggian tempat beraneka ragam
e. Pada umumnya di daerah dengan topografi lereng curam

A. Lokasi 2 : Jumantono
1. Deskripsi Lokasi
Daerah/Lokasi : Kecamatan Jumantono
Hari/Tanggal survey : Minggu, 23 November 2008
Nomor profil/pedon : Profil1
Surveyor : Kelompok 36
Cuaca : OV (Overcast)
Letak geografis (LS dan BT) : 07°37'51,3"LS dan 110°56'53,2"BT
Datum : WGS 1984
Tinggi tempat : 183 m dpl
Denah lokasi :

2. Pencanderaan Bentang Lahan
Tabel 2.1 Pencanderaan Bentang Lahan
No Deskripsi Keteranngan
1. Lereng 5% , 2 (agak miring)
2. Arah 300° dari utara, BL (Barat Laut)
3. Panjang lereng 18 meter
4. Fisiografi lahan V
5. Genangan 0 meter
6. Tutupan lahan Rumput dan semak
7. Geologi QVL
8. Erosi Sheet Erosion
9. Tingkat erosi Rendah
10. Batuan permukaan 1
11. Vegetasi Rumput dan Semak
Sumber: Boardlist

3. Deskripsi Profil / Pedon
Tabel 2.2 Deskripsi Profil / Pedon
No. Deskripsi Keterangan
1. Metode observasi Lubang kecil (Small Pit)
2. Jeluk Atas Bawah
Lapisan I 0 cm 12 cm
Lapisan II 12 cm 38 cm
Lapisan III 38 cm 54 cm
Lapisan IV 54 cm 63 cm
3. Horizon Batas Topografi
Lapisan I Diffuse (Baur) Smooth (Rata)
Lapisan II Diffuse (Baur) Smooth (Rata)
Lapisan III Clear (Jelas) Wavy (Berombak)
Lapisan IV Clear (Jelas) Wavy (Berombak)
4. Perakaran Ukuran Jumlah
Lapisan I Very Fine (Sangat Halus) 3 (Banyak)
Lapisan II Very Fine (Sangat Halus) 1 (Sedikit)
Lapisan III Very Coarse (Sangat Kasar) 1 (Sedikit)
Lapisan IV Medium (Sedang) 1 (Sedikit)
Sumber : Boardlist

Gambar 2.1 Profil 1

4. Sifat Fisika Tanah
Tabel 2.3 Sifat Fisika Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. Tekstur, Lapisan I SiC (Silty Clay)
Lapisan II C (Clay)
Lapisan III C (Clay)
Lapisan IV C (Clay)
2 Struktur Tipe Ukuran Derajat
Lapisan I ABK (Angular blocky) F (Fine) 2 (Sedang)
Lapisan II ABK (Angular blocky) M (Medium) 2 (Sedang)
Lapisan III ABK (Angular blocky) F (Fine) 2 (Sedang)
Lapisan IV SBK (Sub angular blocky) F (Fine) 2 (Sedang)
3. Konsistensi, Lapisan I Lembab gembur
Lapisan II Lembab gembur
Lapisan III Lembab teguh
Lapisan IV Lembab teguh
4. Warna, Lapisan I 2.5 YR 3/4 (Dark Redish Brown)
Lapisan II 2.5 YR 3/3 (Dark Redish Brown)
Lapisan III 2.5 YR 4/6 (Red)
Lapisan IV 2.5 YR 4/4 (Redish Brown)
5. Redoks, Lapisan I O2 (Baik)
Lapisan II O2 (Baik)
Lapisan III O2 (Baik)
Lapisan IV O2 (Baik)
6. Penetrasi (kg/cm²) H V
Lapisan I 3.7 kg/cm² 3.6 kg/cm²
Lapisan II 2.5 kg/cm² 3.6 kg/cm²
Lapisan III 3.6 kg/cm² 3.6 kg/cm²
Lapisan IV 3.3 kg/cm² 3.6 kg/cm²
Sumber : Boardlist
5. Sifat Kimia Tanah
Tabel 2.4 Sifat Kimia Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. pH tanah H2O KCL
Lapisan I 5 (Asam) 6 (Asam)
Lapisan II 5 (Asam) 6 (Asam)
Lapisan III 5 (Asam) 7 (Netral)
Lapisan IV 5 (Asam) 8 (Basa)
2. Bahan Organik, Lapisan I +++ (Banyak)
Lapisan II +++ (Banyak)
Lapisan III + + (Sedikit)
Lapisan IV + (Sangat sedikit)
3. Kadar kapur, Lapisan I 0 (Tidak mengandung kapur)
Lapisan II 0 (Tidak mengandung kapur)
Lapisan III 0 (Tidak mengandung kapur)
Lapisan IV 0 (Tidak mengandung kapur)
4. Konsentrasi Jenis Ukuran Macam
Lapisan I – – –
Lapisan II Konkresi Medium (Sedang) Mn (Mangan)
Lapisan III Konkresi Fine (Halus) Mn (Mangan)
Lapisan IV Konkresi Coarse (Kasar) Mn (Mangan)
Sumber : Boardlist

6. Pembahasan
A. Pencanderaan Bentang Lahan
Tanah adalah komponen lahan yang berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organic, mempunyai sifat fisika, kimia, dan biologi serta mempunyai kemampuan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Bentang alam berlokasi di Jumantono. Lokasi terletak di 07°37'51,3"LS dan 110°56'53,2"BT dan terletak 183 meter di atas permukaan air laut. Besar lereng 5% dengan bentuk agak miring. Fisiografi lahan adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dilihat dari proses pembentukannya. Bentuk lahan di Jumantono ialah V karena merupakan endapan dari gunung berapi. Fisiologi lokasi bergelombang sehingga tidak terjadi banjir atau genangan sementara.Lahan sebagian besar ditutupi oleh rumput (grass) dan sisanya berupa semak (shrub) dan pohon. Setelah diteliti ternyata geologi atau bahan dasar penyusun bahan induk tanah di lokasi ialah QVL yang berarti tanah tersusun atas Batuan Vulkanik. Batuan ini berasal dari Gunung Lawu.
Fisiologi lokasi yang bergelombang sehingga bisa dipastikan bahawa erosi yang terjadi ialah erosi permukaan (sheet erosion) dengan tingkat erosi ringan. Batuan permukaan kurang dari 0,1% dari luas permukaan dengan jarak antar batuan kecil lebih dari 8 meter dan jarak antar batuan besar sekitar 20 meter. Dengan batuan permukaan yang semikian rupa maka lahan dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman berupa rumput, semak, dan pohon karena tanah sebagian besar tidak tertutup oleh batu sehingga masih dapat diolah. Vegetasi yang tumbuh beraneka ragam. Namun yang terlihat di lokasi tersebut antara lain mangga (Mangivera indica), Jagung (Zea mays), dan lain-lain.

B. Deskripsi Profil/Pedon
Dalam praktikum kami mengamati profil 1 yang terdiri dari lapisan I (Horizon A1), lapisan II (Horizon A2), lapisan III (Horizon B1), lapisan IV (Horizon B2). Profil itu sendiri merupakan suatu penampang vertikal di dalam pedon yang menunjukkan susuna horizon yang terdiri dari solum tanah dan bahan induk tanah.
Pencandraan profil tanah meliputi dua hal, yaitu deskripsi lingkungan dan deskripsi profil atau pedon. Perlu diperhatikan syarat-syarat dari pembuatan profil tanah antara lain, membuat penampang melintang tanah secara vertikal pada tanah yang diusahakan alami atau belum mengalami perubahan akibat ulah manusia, kedalaman penampang ±100cm dan tidak terkena sinar matahari secara langsung, tiap kali pengamatan harus dalam keadaan baru yang dilakukan dengan cara pengeprasan dengan cangkul. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati perbedaan warna, batas yang nampak antar lapisan, kekerasan tanahnya, mendengarkan perbedaan suara dengan cara mengetuk tiap lapisan tanahnya, atau dengan cara menusuknya dengan belati. Pada profil 1 dapat dibedakan menjadi empat lapisan yaitu lapisan I, lapisan II, lapisan III dan lapisan IV.
Metode yang digunakan adalah jenis dinding (wall) dengan lubang kecil (Small Pit) karena dibuat dengan ukuran kurang dari 1 x 2 meter. Jeluk atau kedalaman horizon pada lapisan I, lapisan II, lapisan IV dan lapisan III masing-masing ialah 12 cm, 26 cm, 16 dan 9 cm. Pengukuran jeluk menggunakan penggaris kertas. Horizon yang terdapat pada profil 1 yang terdiri dari empat lapisan antara lain horizon A1 (lapisan I), horizon A2 (lapisan II), horizon B1 (lapisan III), dan horizon B2 (lapisan IV). Hal yang perlu diketahui bahwa salah satu faktor yang mendukung adanya perakaran dalam suatu lapisan ialah bahan organik. Di dalam bahan organik terdapat unsure hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pada horizon A1 terdapat banyak perakaran, hal ini dikarenakan horizon A1 merupakan horizon yang berada di bawah horizon O yang terdiri dari tanah mineral tetapi masih dipengaruhi oleh kadar bahan organik walaupun hanya sedikit. Ciri dari horizon A ialah hilangnya seluruh atau sebagian struktur asli batuan. Akan tetapi pada horizon A2 terdapat sedikit perakaran. Begitu juga dengan horizon B1 dan horizon B2, pada horizon ini terdapat sedikit perakaran. Horizon B disebut juga horizon iluviasi karena terbentuk akibat proses pengendapan dari hasil pencucian horizon yang ada di atasnya. Horizon ini mengandung banyak lempung.
C. Sifat Fisika Tanah
Fisika tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi dalam tanah. Pengetahuan mengenai sifat fisika tanah diperlukan untuk menentukan morfologi serta seberapa besar tingkat perkembangan lapisan atau horizon dari tanah itu.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi lempung. Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan rabaan dan gejala konsistensi. Dimana saat diraba, pasir akan memberikan rasa kasar, debu memberi rasa licin, dan lempung memberi rasa lengket. Lapisan I bertekstur lempung debuan (Silty Clay) yang dicirikan rasa agak licin, membentuk bola, dalam keadaan kering susah dipijit, mudah digulung, serta melekat sekali. Lapisan II bertekstur lempung (Clay) yang dicirikan rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, serta sangat melekat.Lapisan III bertekstur lempung (Clay) yang dicirikan rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, serta sangat melekat. Lapisan IV bertekstur lempung (Clay) yang dicirikan rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, serta sangat melekat. Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun oleh partikel-partikel tanah membentuk agregat tanah hasil dari proses Pedogenesis. Tipe struktur tanah lapisan I ialah gumpal menyudut (Angular Blocky) dengan cirri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan ukuran halus (Fine) dan derajat kekerasan struktur tanah sedang yang dicirikan tampak jelas strukturnya, sebagian masih utuh ketika di remas. Tipe struktur tanah lapisan II ialah gumpal menyudut (Angular Blocky) dengan cirri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan ukuran sedang (Medium) dan derajat kekerasan struktur tanah sedang yang dicirikan tampak jelas strukturnya, sebagian masih utuh ketika di remas. Tipe struktur tanah lapisan III ialah gumpal menyudut (Angular Blocky) dengan cirri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan ukuran halus (Fine) dan derajat kekerasan struktur tanah sedang yang dicirikan tampak jelas strukturnya, sebagian masih utuh ketika di remas. Tipe struktur lapisan IV ialah gumpal menyudut (Angular Blocky) dengan cirri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan ukuran halus (Fine) dan derajat kekerasan struktur tanah sedang yang dicirikan tampak jelas strukturnya, sebagian masih utuh ketika di remas. Konsistensi adalah derajat ketahanan tanah dari perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan adhesi. Konsistensi di lapangan dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pada lapisan I konsistensi tanahnya lembab gembur yang dicirikan dengan dengan sedikit tekanan antara ibu jari dan telunjuk dapat hancur. Pada lapisan II konsistensi tanahnya lembab gembur yang dicirikan dengan dengan sedikit tekanan antara ibu jari dan telunjuk dapat hancur. Pada lapisan III konsistensi tanahnya lembab teguh yang dicirikan dengan massa tanah hancur dengan tekanan yang sedang. Lapisan IV konsistensi tanahnya lembab teguh yang dicirikan dengan massa tanah hancur dengan tekanan yang sedang.
Sifat yang paling mudah diamati dari suatu tanah adalah warna dari tanah itu sendiri. Warna tanah yang gelap akan lebih banyak menyerap radiasi matahari daripada warna tanah yang lebih terang. Banyaknya radiasi tanah yang diserap oleh tanah akan mempengaruhi tingkat temperature tanah dan kelembaban tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman. Warna lapisan I pada profil 1 coklat tua kemerahan (dark redish brown). Warna lapisan II pada profil 1 coklat tua kemerahan (dark redish brown). Warna lapisan III pada profil 1 merah (red). Warna pada lapisan IV coklat kemerahan (redish brown)
Reaksi redoks (aerase dan drainase) merupakan salah satu sifat fisik tanah yang mempengaruhi kesuburan tanah. Aerase merupakan proses pertukaran udara yang terjadi di dalam tanah. Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa ran off maupun resapan. Pada lapisan I tingkat aerasi dan drainase tanah baik (O2) dan oksidatif kuat, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna merah nyata disertai hijau). Pada lapisan II tingkat aerasi dan drainase tanah baik (O2) dan oksidatif kuat, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna merah nyata disertai hijau). Pada lapisan III tingkat aerasi dan drainase tanah baik (O2) dan oksidatif kuat, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna merah nyata disertai hijau). Pada lapisan IV tingkat aerase dan drainase tanah baik (O2) dan oksidatif kuat, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna merah nyata disertai hijau)
Penetrasi adalah uji kekuatan mekanik tanah khususnya daya topang statika. Alat yang digunakan untuk mengukur penetrasi disebut pnetrometer. Caranya ialah cincin pembaca daya topang digeser sampai skala nol. Setelah itu, pnetrometer ditusukkan secara tegak lurus dengan horizon hingga ujungnya masuk sampai tanda batas. Setelah dilakukan uji pnetrometer, hasil penetrasi dari masing – masing lapisan I, lapisan II, lapisan III, dan lapisan IV ialah lapisan I merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor, lapisan II merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor, dan lapisan III merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor, serta lapisan IV merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor.

D. Sifat Kimia Tanah
Kimia tanah merupakan cabang dari ilmu tanah yang menganalisis sifat atau proses kimia yang terjadi di dalam tanah. Kimia tanah meliputi pH tanah, bahan organik, kadar kapur dalam tanah, dan konsentrasi.
pH tanah merupakan derajat keasaman tanah. Uji pH dalam tanah pada praktikum kali ini menggunakan pH stik. Setelah diadakan uji pH, maka pH pada masing – masing lapisan I, lapisan II, lapisan III, dan lapisan IV secara berturut-turut antara lain lapisan I mempunyai pH masam kuat, lapisan II mempunyai pH masam kuat, lapisan III mempunyai pH masam, lapisan IV mempunyai pH agak masam.
Setelah dilakukan uji pH tanah, maka dilanjutkan dengan uji kadar bahan organik dalam tanah. Antara pH tanah dengan bahan organik saling berhubungan. Semakin rendah pH tanah maka semakin tinggi kadar bahan organik di dalam tanah. Melihat hasil pH tanah dari masing-masing lapisan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kadar bahan organik pada masing-masing lapisan I, lapisan II, dan lapisan III ialah lapisan I mempunyai banyak kandungan bahan organik. Lapisan II mempunyai banyak kandungan bahan organik, lapisan III mempunyai sedikit kandungan bahan organik, dan lapisan IV mempunyai sangat sedikit bahan organik.
Kadar kapur atau kalsium karbonat (CaCO3) juga bisa dikatakan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah. Pengujian kadar kapur dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 10 % dan H2O. Setelah dilakukan pengujian kadar kapur pada masing-masing lapisan maka diperoleh data bahwa pada lapisan I, lapisan II, lapisan III, dan lapisan IV tidak mengandung kapur.
Konsentrasi merupakan sekumpulan bahan tanah baik yang berbentuk tertentu maupun yag berbentuk tidak beraturan. Bahan ini merupakan akumulasi bahan – bahan tertentu baik yang baru terbentuk atau yang sudah lama terbentuk hingga mengeras. Konsentrasi pada lapisan yang terdapat pada profil 1 antara lain lapisan I tidak memiliki konsentrasi. Lapisan II memiliki konsentrasi konkresi, konsentrasi bahan yang tersementasi dan dapat dipisahkan dari tanah di sekitarnya tetapi pada bagian dalamnya mempunyai bentuk simetris menyeliputi suatu titik. Ukurannya sedang (Medium) karena besarnya ukuran 2-<5 mm dan mengandung mangan. Lapisan III memiliki konsentrasi konkresi, konsentrasi bahan yang tersementasi dan dapat dipisahkan dari tanah di sekitarnya tetapi pada bagian dalamnya mempunyai bentuk simetris menyeliputi suatu titik. Ukurannya halus (Fine) karena besarnya ukuran <2 mm dan mengandung mangan. Lapisan IV memiliki konsentrasi konkresi, konsentrasi bahan yang tersementasi dan dapat dipisahkan dari tanah di sekitarnya tetapi pada bagian dalamnya mempunyai bentuk simetris menyeliputi suatu titik. Ukurannya kasar (Coarse) karena besarnya ukuran 5-<20 mm dan mengandung mangan.
7. Komprehensif
Bahan penyusun bahan induk tanah di lokasi merupakan bahan yang berasal dari vulkanik. Hal ini mengakibatkan tekstur lebih dominan berlempung. Jarak batuan permukaan yang lebar akan berdampak pada tingkat aerase dan drainase. Proses sirkulasi udara dan kecepatan perpindahan air dari suatu lahan akan lebih baik dibandingkan tanah dengan betuan permukaan yang memiliki jarak pendek. Jenis tanah yang terdapat pada lokasi ialah Tanah Alfisol.
Ciri-ciri tanah Alfisol yaitu :
a. Tanah sangat lapuk
b. Tekstur berat, kadang-kadang lekat, struktur gumpal
c. Bahan oragnik rendah
d. Nisbah silica : seskuioksidan (SiO2 : R2O3) relative tinggi
e. pH agak masam sampai sedikit alkalis ; 6,0-7,5
f. Kejenuhan basa sedang-tinggi
g. Kadang-kadang mengandung konkresi kapur dan besi
h. Bahan induk batu kapur, batu pasir berkapur, atau bahan volkanik
i. Ketinggian tempat 0-400 m dpl
j. Iklim tropika basah dengan bulan kering nyata, curah hujan 800 – 2.500 mm/tahun
A. Lokasi 3 : Jatikuwung
1. Deskripsi Lokasi
Daerah/Lokasi : Jatikuwung
Hari/Tanggal survey : Minggu, 23 November 2008
Nomor profil/pedon : Pedon
Surveyor : Kelompok 36
Cuaca : Partly Cloudy (PC)
Letak geografis (LS dan BT) : 07°31'5,1"LS dan 110°50'43,2"BT
Datum : WGS 1984
Tinggi tempat : 161 m dpl
Denah lokasi :

2. Pencanderaan Bentang Lahan
Tabel 3.1 Pencanderaan Bentang Lahan
No Deskripsi Keteranngan
1. Lereng 12% , 3 (sangat miring)
2. Arah 310° , B (Barat)
3. Panjang lereng 24 meter
4. Fisiografi lahan U
5. Genangan 0 meter
6. Tutupan lahan G (Grass)
7. Geologi QVM
8. Erosi –
9. Tingkat erosi –
10. Batuan permukaan 1
11. Vegetasi Rumput dan Semak
Sumber: Boardlist

3. Deskripsi Profil / Pedon
Tabel 3.2 Deskripsi Profil / Pedon
No. Deskripsi Keterangan
1. Metode observasi Lubang kecil (Small Pit)
2. Jeluk Atas Bawah
Lapisan I 0 cm 28 cm
Lapisan II 28 cm 65 cm
Lapisan III 65 cm 95 cm
3. Horizon Batas Topografi
Lapisan I Clear (Jelas) Wavy (Berombak)
Lapisan II Diffuse (Baur) Wavy (Berombak)
Lapisan III Diffuse (Baur) Wavy (Berombak)
4. Perakaran Ukuran Jumlah
Lapisan I Very Fine (Sangat Halus) 2 (Sedang)
Lapisan II Very Fine (Sangat Halus) 1 (Sedikit)
Lapisan III Very Fine (Sangat Halus) 1 (Sedikit)
Sumber : Boardlist

Gambar 3.1 Pedon

4. Sifat Fisika Tanah
Tabel 3.3 Sifat Fisika Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. Tekstur, Lapisan I CL (Clay Loam)
Lapisan II C (Clay)
Lapisan III SiC (Silty Clay)
2. Struktur Tipe Ukuran Derajat
Lapisan I ABK (Angular blocky) VF (Very Fine) 3 (Kuat)
Lapisan II SBK (Sub angular blocky) VF (Very Fine) 2 (Sedang)
Lapisan III PL (Platy) F (Fine) 1 (Lemah)
3. Konsistensi, Lapisan I Lembab sangat teguh sekali
Lapisan II Lembab sangat teguh
Lapisan III Lembab teguh
4. Warna, Lapisan I 7.5 YR 3/1 (Very Dark Gray)
Lapisan II 5 Y 4/2 (Olive Gray)
Lapisan III 2.5 Y 6/4 (Light Yellowish Brown)
5. Redoks, Lapisan I O3 (Sangat aik)
Lapisan II O1 (Sedang)
Lapisan III O1 (Sedang)
6. Penetrasi (kg/cm²) H V
Lapisan I 2.5 kg/cm² 2.5 kg/cm²
Lapisan II 2.25 kg/cm²
Lapisan III 1.5 kg/cm²
Sumber : Boardlist

5. Sifat Kimia Tanah
Tabel 3.4 Sifat Kimia Tanah
No. Deskripsi Keterangan
1. pH tanah H2O KCL
Lapisan I 6 (Asam) 5 (Asam)
Lapisan II 6 (Asam) 6 (Asam)
Lapisan II 7 (Netral) 6 (Asam)
2. Bahan Organik, Lapisan III ++ (Sedikit)
Lapisan II + + (Sedikit)
Lapisan III 0 (Tidak ada)
3. Kadar kapur, Lapisan I 0 (Tidak mengandung kapur)
Lapisan II 0 (Tidak mengandung kapur)
Lapisan III 0 (Tidak mengandung kapur)
4. Konsentrasi Jenis Ukuran Macam
Lapisan I – – –
Lapisan II Massa Fine (Halus) Mn (Bermangan)
Lapisan III Plintit Medium (Sedang) Ir (Berbesi)
Sumber : Boardlist

6. Pembahasan
A. Pencanderaan Bentang Lahan
Tanah adalah komponen lahan yang berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organic, mempunyai sifat fisika, kimia, dan biologi serta mempunyai kemampuan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Bentang alam berlokasi diJatikuwung. Lokasi terletak di 07°31'5,1"LS dan 110°50'43,2"BT dan terletak 161 meter di atas permukaan air laut. Besar lereng 12% dengan bentuk sangat miring. Fisiografi lahan adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dilihat dari proses pembentukannya. Bentuk lahan di Jatikuwung ialah U karena terbentuk akibat hasil pengangkatan oleh gaya endogen/bumi. Fisiologi lokasi bergelombang sehingga tidak terjadi banjir atau genangan sementara.Lahan sebagian besar ditutupi oleh rumput (grass) dan sisanya berupa semak (shrub). Setelah diteliti ternyata geologi atau bahan dasar penyusun bahan induk tanah di lokasi ialah QVM yang berarti tanah tersusun atas materi yang berasal dari aktivitas gunung berapi. Batuan ini hasil materi dari Gunung Merapi.
Fisiologi lokasi cukup bergelombang sehingga bisa dipastikan bahawa erosi yang terjadi ialah erosi permukaan (sheet erosion) dengan tingkat erosi ringan. Batuan permukaan kurang dari 0,1% dari luas permukaan dengan jarak antar batuan kecil lebih dari 8 meter dan jarak antar batuan besar sekitar 20 meter. Dengan batuan permukaan yang semikian rupa maka lahan dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman berupa rumput, semak, dan pohon karena tanah sebagian besar tidak tertutup oleh batu sehingga masih dapat diolah. Vegetasi yang tumbuh beraneka ragam. Namun yang terlihat di lokasi tersebut mayoritas berisi rumpu dan semak-semak.

B. Deskripsi Profil/Pedon
Dalam praktikum kami mengamati pedon yang terdiri dari lapisan I (Horizon A1), lapisan II (Horizon B1), dan lapisan III (Horizon B2). Profil itu sendiri merupakan suatu penampang vertikal di dalam pedon yang menunjukkan susuna horizon yang terdiri dari solum tanah dan bahan induk tanah.
Pencandraan profil tanah meliputi dua hal, yaitu deskripsi lingkungan dan deskripsi profil atau pedon. Perlu diperhatikan syarat-syarat dari pembuatan profil tanah antara lain, membuat penampang melintang tanah secara vertikal pada tanah yang diusahakan alami atau belum mengalami perubahan akibat ulah manusia, kedalaman penampang ±100cm dan tidak terkena sinar matahari secara langsung, tiap kali pengamatan harus dalam keadaan baru yang dilakukan dengan cara pengeprasan dengan cangkul. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati perbedaan warna, batas yang nampak antar lapisan, kekerasan tanahnya, mendengarkan perbedaan suara dengan cara mengetuk tiap lapisan tanahnya, atau dengan cara menusuknya dengan belati. Pada profil 1 dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu lapisan I, lapisan II, dan lapisan III.
Metode yang digunakan adalah jenis dinding (wall) dengan lubang kecil (Small Pit) karena dibuat dengan ukuran kurang dari 1 x 2 meter. Jeluk atau kedalaman horizon pada lapisan I, lapisan II, dan lapisan III masing-masing ialah 28 cm, 37 cm, dan 30 cm. Pengukuran jeluk menggunakan penggaris kertas. Horizon yang terdapat pada profil 1 yang terdiri dari tiga lapisan antara lain horizon A (lapisan I), horizon B1 (lapisan II), dan horizon B2 (lapisan III). Hal yang perlu diketahui bahwa salah satu faktor yang mendukung adanya perakaran dalam suatu lapisan ialah bahan organik. Di dalam bahan organik terdapat unsure hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pada horizon A terdapat cukup banyak perakaran, hal ini dikarenakan horizon A merupakan horizon yang berada di bawah horizon O yang terdiri dari tanah mineral tetapi masih dipengaruhi oleh kadar bahan organik walaupun hanya sedikit. Ciri dari horizon A ialah hilangnya seluruh atau sebagian struktur asli batuan. Pada horizon B1 terdapat sedikit perakaran hal ini dikarenakan horizon B merupakan horizon iluviasi (pengendapan) karena horizon ini terbentuk akibat proses pengendapan hasil pencucian dari horizon di atasnya. Horizon B1 mempunyai kandungan lempung yang tinggi. Begitu juga dengan horizon B2, pada horizon B2 terdapat sedikit perakaran hal ini dikarenakan horizon B merupakan horizon iluviasi (pengendapan) karena horizon ini terbentuk akibat proses pengendapan hasil pencucian dari horizon di atasnya.
C. Sifat Fisika Tanah
Fisika tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi dalam tanah. Pengetahuan mengenai sifat fisika tanah diperlukan untuk menentukan morfologi serta seberapa besar tingkat perkembangan lapisan atau horizon dari tanah itu.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi lempung. Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan rabaan dan gejala konsistensi. Dimana saat diraba, pasir akan memberikan rasa kasar, debu memberi rasa licin, dan lempung memberi rasa lengket. Lapisan I bertekstur geluh lempungan (Clay Loam) yang dicirikan rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipirid tetapi mudah hancur, serta melekat sedang. Lapisan II bertekstur lempung (Clay) yang dicirikan rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, den sangat melekat. Lapisan III bertekstur lempung debuan (Silty clay) yang berciri rasa agak licin, membentuk bola, dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung, serta melekat sekali.
Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun oleh partikel-partikel tanah membentuk agregat tanah hasil dari proses Pedogenesis. Tipe struktur tanah lapisan I ialah gumpal menyudut (Angular Blocky) dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip, dengan ukuran sangat halus (Very Fine) dan derajat kekerasan struktur tanah kuat yang dicirikan kemantapan cukup kuat, masih utuh ketika diremas. Tipe struktur tanah lapisan II ialah gumpal membulat (Sub angular Blocky) dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat dengan ukuran sangat halus (Very Fine) dan derajat kekerasan struktur tanah sedang yang dicirikan tampak jelas strukturnya, sebagian masih utuh ketika diremas. Tipe struktur tanah lapisan III ialah lempeng (Platy) dengan ciri rata dan seperti plat horizontal dengan ukuran halus (Fine) dan derajat kekerasan struktur tanah lemah yang dicirikan terbentuk jika diletakkan pad aped tanah tetapi mudah hancur ketika diremas. Konsistensi adalah derajat ketahanan tanah dari perpecahan oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan adhesi. Konsistensi di lapangan dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pada lapisan I konsistensi tanahnya lembab sangat teguh sekali yang dicirikan dengan massa tanah sangat tahan terhadap remasan kecuali dengan tekanan yang sangat kuat (dengan diinjak memakai kaki). Pada lapisan II konsistensi tanahnya lembab sangat teguh yang dicirikan dengan massa tanah hancur dengan tekanan yang kuat antara ibu jari dan telunjuk. Pada lapisan III konsistensi tanahnya lembab teguh yang dicirikan dengan massa tanah hancur dengan tekanan yang sedang.
Sifat yang paling mudah diamati dari suatu tanah adalah warna dari tanah itu sendiri. Warna tanah yang gelap akan lebih banyak menyerap radiasi matahari daripada warna tanah yang lebih terang. Banyaknya radiasi tanah yang diserap oleh tanah akan mempengaruhi tingkat temperature tanah dan kelembaban tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman. Warna lapisan I pada pedon abu-abu sangat gelap (very dark gray). Warna lapisan II pada pedon olive gray. Warna lapisan III pada pedon light yellowish brown. Reaksi redoks (aerase dan drainase) merupakan salah satu sifat fisik tanah yang mempengaruhi kesuburan tanah. Aerase merupakan proses pertukaran udara yang terjadi di dalam tanah. Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa ran off maupun resapan. Pada lapisan I tingkat aerasi dan drainase tanah sangat baik (O3) dan oksidatif mutlak, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan hanya timbul warna merah nyata). Pada lapisan II tingkat aerasi dan drainase tanah sedang (O1) dan oksidatif reduksi seimbang, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna merah nyata disertai biru nyata). Pada lapisan III tingkat aerasi dan drainase tanah sedang (O1) dan oksidatif reduksi seimbang, hal ini dibuktikan dengan metode oksidasi dan reduksi (ketika direaksikan menghasilkan warna merah nyata disertai biru nyata). Penetrasi adalah uji kekuatan mekanik tanah khususnya daya topang statika. Alat yang digunakan untuk mengukur penetrasi disebut pnetrometer. Caranya ialah cincin pembaca daya topang digeser sampai skala nol. Setelah itu, pnetrometer ditusukkan secara tegak lurus dengan horizon hingga ujungnya masuk sampai tanda batas. Setelah dilakukan uji pnetrometer, hasil penetrasi dari masing – masing lapisan I, lapisan II, dan lapisan III ialah lapisan I merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor, lapisan II merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor, dan lapisan III merupakan tanah cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor.
D. Sifat Kimia Tanah
Kimia tanah merupakan cabang dari ilmu tanah yang menganalisis sifat atau proses kimia yang terjadi di dalam tanah. Kimia tanah meliputi pH tanah, bahan organik, kadar kapur dalam tanah, dan konsentrasi.
pH tanah merupakan derajat keasaman tanah. Uji pH dalam tanah pada praktikum kali ini menggunakan pH stik. Setelah diadakan uji pH, maka pH pada masing – masing lapisan I, lapisan II, dan lapisan III secara berturut-turut antara lain lapisan I mempunyai pH masam kuat, lapisan II mempunyai pH agak masam, dan lapisan III mempunyai pH agak masam.
Setelah dilakukan uji pH tanah, maka dilanjutkan dengan uji kadar bahan organik dalam tanah. Antara pH tanah dengan bahan organik saling berhubungan. Semakin rendah pH tanah maka semakin tinggi kadar bahan organik di dalam tanah. Melihat hasil pH tanah dari masing-masing lapisan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kadar bahan organik pada masing-masing lapisan I, lapisan II, dan lapisan III ialah lapisan I mempunyai sedikit kandungan bahan organik. Lapisan II mempunyai sedikit kandungan bahan organik, lapisan III juga mempunyai kandungan bahan organik.
Kadar kapur atau kalsium karbonat (CaCO3) juga bisa dikatakan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah. Pengujian kadar kapur dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 10 % dan H2O. Setelah dilakukan pengujian kadar kapur pada masing-masing lapisan maka diperoleh data bahwa pada lapisan I, lapisan II, dan lapisan III tidak mengandung kapur.
Konsentrasi merupakan sekumpulan bahan tanah baik yang berbentuk tertentu maupun yag berbentuk tidak beraturan. Bahan ini merupakan akumulasi bahan – bahan tertentu baik yang baru terbentuk atau yang sudah lama terbentuk hingga mengeras. Konsentrasi pada lapisan yang terdapat pada pedon antara lain lapisan I tidak memiliki konsentrasi. Lapisan II memiliki konsentrasi massa, akumulasi bahan yang tidak tersementasi dan biasanya tidak dapat dipisahkan dengan tanah sekitarnya dan mengandung mangan. Ukurannya halus (Fine) karena besarnya ukuran kurang dari 2 mm dan mengandung lempung. Lapisan III memiliki konsentrasi plintit, konsentrasi tanah yang miskin bahan organic akan tetapi kaya besi. Ukurannya sedang (Medium) karena besarnya 2-<5 mm dan mengandung besi.

7. Komprehensif
Bahan penyusun bahan induk tanah di lokasi merupakan bahan vulkanik. Hal ini mengakibatkan tekstur lebih dominan berlempung. Jarak batuan permukaan yang lebar akan berdampak pada tingkat aerase dan drainase. Proses sirkulasi udara dan kecepatan perpindahan air dari suatu lahan akan lebih baik dibandingkan tanah dengan betuan permukaan yang memiliki jarak pendek. Jenis tanah yang terdapat pada lokasi ialah Vertisol.
Ciri-ciri tanah Vertisol yaitu :
a. Warna tanah kelabu tua sampai hitam
b. Kandungan bahan organic relative rendah
c. Kondisi kering timbul retak-retak cukup dalam
d. Lapisan bawah berwarna abu-abu, kekuningan, atau kebiru-biruan tergantung keadaan drainase dan bahan induk
e. Tekstur liat berat, keras bila kering dan lekat bila basah
f. pH tanah netral sampai alkalis, kadang-kadang ditemukan konkresi kapur
g. Kadang-kadang ada juga yang ber-pH masam
h. Bahan induk ; merge (marl), napal (shale) berkapur, batu kapur berliat (argilaceus), endapan aluvial tua dan bahan volkanik
i. Ketinggian tempat dari 0 – 200 m dpl
j. Iklim tropika sampai sub tropika, curah hujan 800 – 2.000 mm/tahun

V. KOMPREHENSIF

Jenis tanah antara satu tempat dengan tempat yang lain berbeda-beda. Hal ini bergantung dari faktor-faktor pembentuk tanah yaitu iklim, jasad hidup, topografi, bahan induk, dan waktu. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tigkat kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah ketiga lokasipun juga berbeda-beda. Tingkat kesuburan tanah mulai dari yang paling subur sampai yang subur pada ketiga lokasi ialah Jumantono – Fakultas Petanian Universitas Sebelas Maret Surakarta – Jatikuwung.
Berdasarkan sifat-sifat fisika tanah, tanah di lokasi Fakultas Pertanian warna tanahnya berkisar coklat, pada lokasi Jumantono warna tanahnya mengandung warna merah, sedangkan di Jatikuwung warna tanahnya cenderung terang. Tingkat konsistensi pada lokasi Fakultas Pertanian dan Jumantono pada lapisan atas gembur sedangkan pada lapisan bawah teguh. Hal ini dikarenakan pada lapisan bawah mengandung lebih banyak kandungan lempung dibandingkan lapisan tanah di atasnya. Pada lokasi Jatikuwung baik lapisan bawah maupun lapisan atasnya konsistensinya teguh, hal ini dikarenakan baik pada lapisan atas maupun lapisan bawah mengandung banyak fraksi lempung.
Berasarkan sifat-sifat kimia tanah, tanah di lokasi Fakultas Pertanian lapisan I mengandung sedikit bahan organik dan pada lapisan yang berada di bawahnya masing-masing mengandung sangat sedikit bahan organik. Pada lokasi Jumantono, lapisan I dan lapisan II mengandung banyak bahan organik, lapisan III mengandung sedikit bahan organik, dan lapisan IV mengandung sangat sedikit bahan organik. Pada lokasi Jatikuwung, lapisan I dan lapisan II mengandung sangat sedikit bahan organik sedangkan pada lapisan III tidak mengandung bahan organik.

VI. KESIMPULAN

Tanah adalah komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri atas bahan mineral dan bahan organik, mempunyai sifat kimia, fisik, dan biologi, serta mempunyai kemampuan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan sifat fisika tanah, tanah pada lokasi Fakultas Pertanian, Jaumantono, dan Jatikuwung teksturnya didominasi oleh fraksi lempung. Hasil pengamatan konsistensi tanah pada ketiga lokasi menunjukkan bahwa tanah lembab, cirinya ialah ketika diperas tidak mengeluarkan air tetapi ketika ditempelkan pada tisu, terdapat proses kapilaritas yang menyebabkan tisu sedikit basah. Hasil uji penetrasi menggunakan pnetrometer memperlihatkan tanah pada ketiga lokasi merupakan tanah yang cukup kuat untuk menahan beban seberat traktor.
Berdasarkan sifat kimia tanah, pH tanah pada masing-masing lokasi berkisar masam. Tingkat kemasaman inilah yang mempengaruhi kadar bahan organik pada tanah tersebut. Setelah diadakan uji kadar kapur, baik tanah pada lokasi Fakultas Pertanian, Jaumantono, maupun Jatikuwung tidak mengandung kapur.
Jenis tanah pada lokasi Fakultas Pertanian ialah Litosol, pada lokasi Jumantono ialah Alfisol, sedangkan pada lokasi Jatikuwung ialah Vertisol.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, I. 1997. Klasifikasi Tanah. UGM Press. Yogyakarta
____________. 1990. Klasifikasi Tanah. UGM Press. Yogyakarta
Foth, D, Henry. 1994. DDIT Edisis IV. Erlangga. Jakarta
Minardi, Slamet dan Sutopo. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Tanah I. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Sebelas
Maret. Surakarta
http://www.faperta.ugm.ac.id
http://www.baitoutarakab.go.id
Anonim. 2007

LAMPIRAN

27 Oktober 2009 - Posted by | Uncategorized | ,

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar